RANCANGAN BLOK PENGELOLAAN KAWASAN TAHURA PANDAN PULOH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI DI KALIMANTAN BARAT

Isi Artikel Utama

Sigit Normagiat

Abstrak

ABSTRAK
Kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) Pandan Puloh ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 196/MENLHK/SETJEN/PLA.2/3/2019 tentang perubahan
fungsi pokok kawasan HL Gunung Pandan Puloh di kabupaten bengkayang dan Landak Kalimantan
Barat menjadi TAHURA seluas ± 3.923 Ha. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan
Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Pasal
9 ayat 1,2 dan 3 disebutkan terdapat 7 blok pengelolaan di Kawasan TAHURA. Blok pengelolaan
tersebut terdiri dari blok perlindungan, blok pemanfaatan, blok tradisional, blok rehabilitasi, blok religi,
budaya dan sejarah, blok khusus dan blok koleksi. Prosedur perancangan blok pengelolaan mengacu
pada petunjuk teknis yang dikeluarkan Dirjen Konservasi sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor
P.11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 dimana blok pengelolaan ditentukan dengan metode kombinasi
bertingkat, berupa analisis sensitivitas ekologi yang kemudian dilanjutkan dengan gap analysis (analisis
kesenjangan). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka didapatkan 6 blok pengelolaan di
kawasan TAHURA Pandan Puloh yang terdiri dari blok perlindungan (2.264,04 Ha); blok rehabilitasi
(581,68 Ha); blok koleksi (500,74 Ha); blok tradisional (391,27 Ha); blok pemanfaatan (181,37 Ha); blok
religi, budaya dan sejarah (3,90 Ha), serta tanpa adanya blok khusus. Hasil rancangan blok pengelolaan tersebut dapat dijadikan acuan dan pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) TAHURA Pandan Puloh kedepannya

Rincian Artikel

Bagian
Articles

Referensi

Abdoellah, O. S., Schneider, M., Nugraha, L. M., Suparman, Y., Voletta, C. T., Withaningsih, S., Parikesit, Heptiyanggit, A., & Hakim, L. (2020). Homegarden commercialization: extent, household characteristics, and effect on food security and food sovereignty in Rural Indonesia. Sustainability Science 2020 15:3, 15(3), 797–815. https://doi.org/10.1007/S11625-020-00788-9

Anggana, A., … S. C.-J. I., & 2019, undefined. (2019). Keanekaragaman hayati di lahan rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri dan implikasi kebijakannya: Kasus Desa Wonoasri. Researchgate.Net. https://doi.org/10.14710/jil.17.2.283-290

Anonim. (1990). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Bella, H. M., & Rahayu, S. (2021). Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Lahan Pertanian Di Desa Berawang, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah. SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN, 2(1), 88–91. http://publikasi.fkip-unsam.org/index.php/semnas2019/article/view/171

Dariono, D., Siregar, Y. I., & Nofrizal, N. (2018). Analisis Spasial Deforestasi dan Degradasi Hutan di Suaka Margasatwa Kerumutan Provinsi Riau. Dinamika Lingkungan Indonesia, 5(1), 27–33. https://doi.org/10.31258/DLI.5.1.P.27-33

Direktorat Jenderal KSDAE. (2016). Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Zona Pengelolaan atau Blok Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Febriyanto, M. N., Abdullah, M., Martuti, N. K. T., & Priyono, B. (2020). Komposisi Jenis Burung Pengunjung Ficus spp. di Kawasan Gunung Ungaran Jawa Tengah. Life Science, 9(1), 11–20. https://doi.org/10.15294/LIFESCI.V9I1.47136

Herman, N., & Supriadi, B. (2017). Potensi Ekowisata dan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Pariwisata Pesona, 2(2), 12. https://doi.org/10.26905/JPP.V2I2.1578

Hutagaol, R., Hutagaol, R. R., & Sundrima, A. (2019). Keanekaragaman Jenis Durian (Durio spp.) Pada Tembawang Desa Sungai Buluh Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang. PIPER, 15(28). https://doi.org/10.51826/piper.v15i28.293

Ibrahim, T. A., & Aris, M. (2021). Toksisitas Merkuri (Hg) pada struktur jaringan ikan. E-Journal BUDIDAYA PERAIRAN, 9(1). https://doi.org/10.35800/BDP.9.1.2021.31565

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Kizito, E. B., Masika, F. B., Masanza, M., Aluana, G., & Barrigossi, J. A. F. (2017). Abundance, distribution and effects of temperature and humidity on arthropod fauna in different rice ecosystems in Uganda. Journal of Entomology and Zoology Studies, 5(5), 964–973. https://ucudir.ucu.ac.ug:443/xmlui/handle/20.500.11951/88

Kusumandari, A., & Sabaruddin. (2014). Analisis Tekanan Ekologis dan Sensitivitas Ekologis dalam Penyusunan Zonasi untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat (Studi Kasus di Provinsi Jambi). Kebijakan Nasional Manajemen Hutan Dan Pengelolaan DAS Dalam Pembangunan Wilayah, 2014, 52–58. https://repository.unsri.ac.id/10644/

Masruddin, M., & Mulasari, S. A. (2021). Gangguan Kesehatan Akibat Pencemaran Merkuri (Hg) pada Penambangan Emas Ilegal. Jurnal Kesehatan Terpadu (Integrated Health Journal), 12(1), 8–15. https://doi.org/10.32695/JKT.V12I1.88

Maulana, A., Suryanto, P., Widiyatno, W., Faridah, E., & Suwignyo, B. (2019). Dinamika Suksesi Vegetasi pada Areal Pasca Perladangan Berpindah di Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan, 13(2), 181–194. https://doi.org/10.22146/JIK.52433

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2019). Surat Keputusan Nomor: 196/MENLHK /SETJEN/PLA.2/3/2019 tentang Perubahan Fungsi Pokok Kawasan HL Gunung Pandan Puloh di Kabupaten Bengkayang dan Landak Kalimantan Barat menjadi TAHURA seluas ± 3.923 Ha. https://www.scribd.com/document/409751595/SK-Perubahan-Fungsi-TAHURA-2019

Mulyadi, I. (2020). Konsentrasi Merkuri (Hg) Pada Air Sungai dan Sedimen Sungai Desa Tambang Sawah Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Jurnal Ilmiah Teknik Kimia, 4(2), 96–100. https://doi.org/10.32493/JITK.V4I2.6628

Novita, R., & Yuliani, F. (2017). Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim di Kecamatan Minas Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jom FISIP V, 4(2). https://www.neliti.com/publications/206852/pengelolaan-kawasan-konservasi-taman-hutan-raya-sultan-syarif-hasyim-di-kecamata

Sandika, A. M. P. (2018). Kajian Rancangan Blok Pengelolaan Taman Hutan Raya Gunung Lalang di Kabupaten Belitung. In repository unpad. http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/37820

Setiawan, B. (2020). Identifikasi Tapak Bagi Pengembangan Wisata Alam di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Nuraksa. MEDIA BINA ILMIAH, 15(4). http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI/article/view/787

Sinulingga, N., Nurtjahja, K., & Karim, A. (2015). Fitoremediasi Logam Merkuri (Hg) pada Media Air Oleh Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) Phytoremediation of mercury (Hg) in water. Core.Ac.Uk, 2(1). https://core.ac.uk/download/pdf/324151688.pdf

Tri Atmoko, S. H. . M. S. (2021). Pertumbuhan Semai Shorea balangeran (Korth.) Burck pada Berbagai Intensitas Cahaya. Jurnal Penelitian Kehutanan Sumatrana, 2(1), 49–57. https://doi.org/10.20886/JPKS.2021.2.1.49-57

Trisnia Anjami, N. N. (2017). Dampak Sosial Penambangan Emas tanpa Izin (Peti) di Desa Sungai Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau. https://www.neliti.com/publications/187133/dampak-sosial-penambangan-emas-tanpa-izin-peti-di-desa-sungai-sorik-kecamatan-ku

Ulul, A. (2018). Konflik Penambangan Emas di Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. ISTORIA : Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah Universitas Batanghari, 2(1), 48–62. http://istoria.unbari.ac.id/index.php/OJSISTORIA/article/view/18

Zhang, C., & Fang, S. (2021). Identifying and zoning key areas of ecological restoration for territory in resource-based cities: A case study of Huangshi city, China. Sustainability (Switzerland), 13(7). https://doi.org/10.3390/su13073931